UPSI Digital Repository (UDRep)
Start | FAQ | About
Menu Icon

QR Code Link :

Type :article
Subject :PL Languages and literatures of Eastern Asia, Africa, Oceania
ISSN :1675-4271
Main Author :Alimin, Anidu Alamsyah
Additional Authors :Kusnowo, Indarwanto Sadi
Title :Rendang: manifestasi simbolik tatanan sosial dan politik Minangkabau
Place of Production :Universiti Pendidikan Sultan Idris
Year of Publication :2018

Abstract :
Makalah ini menggambarkan manifestasi simbolik tatanan sosial dan politik Minangkabau di Rendang, hidangan tradisional Minangkabau. Bahan rendang adalah simbol tatanan sosial Minangkabau, dan cara memasaknya adalah simbol tatanan politik mereka. Berdasarkan bahan, dibuat dengan mengumpulkan empat bagian bahan utama, yaitu daging (dagiang), cabe (lado), kelapa (karambia), dan rempah-rempah campuran lainnya (pemasak). Semua bahagian adalah simbol tatanan sosial Minangkabau. Daging adalah simbol pemimpin (Niniak Mamak), cabai adalah simbol dari ulama Islam (Alim Ulama), kelapa adalah simbol intelektual (Cadiak Pandai), dan rempah-rempah campuran lainnya (pemasak) adalah simbol dari masyarakat majmuk Minangkabau. Berdasarkan cara memasak, dimasak dengan menggunakan wajan besi yang diletakkan di atas bentuk segi tiga andiron. Di dalam perapian, kayu api dipasang melintang untuk menghasilkan nyala api yang bagus. Cara ini akan menghasilkan rendang yang bagus, dan semua cara adalah simbol dari tatanan politik Minangkabau. Triangle andiron adalah simbol dari institusi adat Minangkabau yang terdiri dari Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai. Lembaga ini disebut Limbago Tungku Tigo Sajarangan atau Tali Tigo Sapilin. Kayu api melintang adalah lambang gagasan orang. Api adalah simbol media konsultasi (musyawarah), dan rendang adalah hasil konsultasi (mufakat).

References

1. Amir. (2007). Adat minangkabau: Pola tujuan hidup orang Minang. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya. 2. Anwar, Chairul. (1997). Hukum adat Indonesia: Meninjau hukum adat minangkabau. Jakarta: Rineka Cipta. 3. Bolewski, Wilfried. (2008). Diplomatic processes, and cultural variations: The relevant of culture in diplomacy. The Whitehead Journal of Diplomacy, and International Relations. Winter/ Spring 2008: 145-160. 4. Budiwirman. (2012). Songket sebagai hermeneutika adat di Minangkabau. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Padang. 5. Edison dan Sungut. (2010). Tambo minangkabau: Budaya, dan hukum adat di minangkabau (Seri adat, dan budaya minangkabau). Bukit Tinggi: Kristal Multimedia. 6. Gani, Erizal. (2009). Kajian terhadap landasan filosofi pantun minangkabau”. Jurnal Bahasa dan Seni. Vol. 10, No. 1, Tahun 2009: 1-10. 7. Gani, Rita. (2012). Filosofi Tungku Tigo Sajarangan dalam sistem pemerintahan Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional: Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. 8. Hakimy, Idrus. (1978). Pokok-pokok adat alam minangkabau. Bandung: CV Rosda Karya. 9. Hakimy, Idrus. (1997). Rangkaian mustika adat basandi syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Rosda Karya. 10. Idris, Nurwani. (2012). Kedudukan perempuan, dan aktualisasi politik dalam masyarakat matrilinial minangkabau. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik. Vol. 25, No. 2, Tahun 2012: 108-116. 11. Irwandi. (2010). Pergeseran hukum adat dalam pemanfaatan tanah ulayat kaum di kecamatan banu hampu kabupaten agam provinsi Sumatera Barat. Tesis tidak untuk dipublikasikan. Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. 12. Jamna, Jamaris. (2004). Pendidikan matrilineal. Padang: Guna Tama. Koentjaraningrat. (2002). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta PT. Rineka Cipta. 13. Kramsch, Claire. (1998). Language and culture. Oxford: Oxford Uviversity Press. 14. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau. (2000). Bunga rampai pengetahuan adat minangkabau. Padang: Yayasan Soko Batuah. 15. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau. (2002). Adat basandi syarak, syarak basand kitabullah. Padang: Surya Cipta Offset. 16. Naim, Mochtar. (1968). Menggali hukum tanah, dan hukum waris Minangkabau. Padang: Sri Dharma NV. Naim, Mochtar. (1984). Merantau: Pola migran suku minang. Jogjakarta: UGM Press. 17. Navis, A. A. (1984). Alam takambang jadi guru. Jakarta: Grafiti Pers. 18. Rustiyanti. (2014). Estetika randai, analisis tekstual, dan konterkstual. Jurnal Seni, dan Budaya MUDRA. Vol.29, No.1, Mei 2014: 213-221. 19. Sila, Muhammad Adlin. (2010). Lembaga keuangan mikro dan pengentasan kemiskinan: kasus lumbung pitih nagari di Padang. Jurnal Sosiologi MASYARAKAT. Vol. 15, No. 1: 1-19. 20. Suarman, Arifin, B., Chan, S. et al. (2000). Adat minangkabau nan salingka hiduik. Padang: Duta Utama. 21. Yunus, Yasril. (2013). Aktor kultural dalam pemerintahan terendah di Sumatera Barat (Posisi Ninik Mamak dalam struktural adat dan penyelenggaraan pemerintahan formal). Humanus. Vol. 12, No. 1: 21-32. 22. Zakia, Rahima. (2011). Kesetaraan, dan keadilan gender dalam adat minangkabau. Kafa’ah: Journal of Gender Studies. Vol. 1 (1): 39-52.


This material may be protected under Copyright Act which governs the making of photocopies or reproductions of copyrighted materials.
You may use the digitized material for private study, scholarship, or research.

Back to previous page

Installed and configured by Bahagian Automasi, Perpustakaan Tuanku Bainun, Universiti Pendidikan Sultan Idris
If you have enquiries, kindly contact us at pustakasys@upsi.edu.my or 016-3630263. Office hours only.